Lipatan Alam Bahari di Dalam Pantun Melayu
DOI:
https://doi.org/10.37985/edusiana.v1i2.234Keywords:
Pantun, Alam, BahariAbstract
Pantun merupakan sebuah media komunikasi yang digunakan masyarakat Melayu yang memiliki nilai dan keindahan tersendiri. Di dalam pantun tertuang diksi yang terkadang tidak langsung pada maknanya namun menghiasi kiasan yang penuh dengan metafora, perumamaan, dan pengandaian. Kiasan itu selalu identik dengan alam, dalam menjadi pembelajaran dan makna yang luhur bagi orang Melayu. Tujuan penelitian ini adalah mengidentifikasi pantun-pantun yang di dalamnya terkandung kiasan dari unsur alam bahari yang tentunya mengandung makna-makna tersendiri bagi kehidupan masyarakat Melayu. Dengan metode studi kepustakaan, maka penelitian ini menghasilkan suatu gagasan bahwa alam bahari juga menjadi bagian penting karena di dalamnya mengandung makna yang terselip di dalam pantun-pantun Melayu.
References
Ahmad, M. T. (2015). Kurik kundi merah saga: kumpulan pantun lisan Melayu. Dewan Bahasa dan Pustaka.
Ahmad, Zainal Abidin. (1965). Ilmu Mengarang Melayu. Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala Lumpur Malaysua
Ahmad. A. (2003). Metafora Melayu. Akademi Kajian Kematadunan. Selangor. Malaysia
Andriani, Tuti. (2012). “Pantun Dalam Kehidupan Melayu (Pendekatan Historis dan Antropologis). Jurnal Sosial Budaya. Vol. 9 No.2. Hal. 195-211
Bakar, Absha Atiah Abu. (2020). Pantun Pengasah Minda, Pengasuh Jiwa Panduan untuk Pertandingan. Absha Jaya Trending. Pahang Malaysia
Dahlan, Ahmad. (2014). Sejarah Melayu. Kepustakaan Populer Gramedia. Jakarta
Effendy, Tenas. (2004). Tunjuk Ajar dalam Pantun. Balai Kajian dan Pengembangan Budaya Melayu bekerjasama dengan Penerbit Adicita Karya Nusa. Yogyakarta
Effendy, T. (2002). Pantun sebagai media dakwah dan tunjuk ajar Melayu. Pemerintah Daerah Tingkat I Propinsi Riau, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Riau.
Eizah, M.H. (2019). Simbol dan Makna dalam Pantun Melayu. ITBM. Kuala Lumpur
Hamilton. A.W. (1941). Malay Pantuns. Australian Publishing. Sydney
Hooykaas. C. (1965). Perintis Sastra. Fajar Bhakti. Kuala Lumpur
Ibrahim. A.K. (2013). Tanah Air Bahasa Indonesia. Komodo Books. Depok
Kamus Bahasa Melayu Nusantara. (2003). Bandar Seri Begawan, Brunei Darusalam. Dewan Bahasa dan Pustaka Brunei dan Kementerian Kebudayaan, Belia dan Suka
Liliweri, A. (2003). Makna budaya dalam komunikasi antarbudaya. PT LKiS Pelangi Aksara.
Milner. A. (2008). The Malays. Wiley-Blackwell. United Kingdom
Mu’jizah. (2019). Tradisi, Transformasi dan Revitalisasi Pantun Nusantara. Makalah. Festival Sastra Internasional Gunung Bintan Tahun 2019. Yayasan Jembia Emas. Tanjungpinang
Salleh, Muhammad Haji. (2006). Puitika Sastera Melayu (Edisi Khas Sasterawan Negara). Dewan Bahasa dan Pustaka. Kuala Lumpur Malaysia
Salleh, Muhammad Haji. (2018). Ghairah Dunia Dalam Empat Baris Sihir Pantun dan Estetikanya. Institut Terjemah dan Buku Malaysia. Kuala Lumpur
Salleh. M.H. (2009). Sulalatus Salatin. Dewan Bahasa dan Pustaka dan Yayasan Karyawan. Kuala Lumpur. Malaysia
Sayekti. (2012). “Pantun Modern: Kreativitas yang Hilang Batas ?”. Jurnal Universitas Katolik Widya Mandala
Setyadiharja, Rendra (2020). Khazanah Negeri Pantun. Penerbit Deepublish. Yogyakarta
Setyadiharja, Rendra. (2018). Pantun Mengenal Pantun, Teknik Cepat Menyusun Pantun, Kreativitas Pantun sebagai Seni Pertunjukan. Textium. Yogyakarta
Setyadiharja. R, Nugraha. Y.S, Alaika. B. (2021). Kerongsang (500 Pantun Warisan). Jejak Publisher. Yogyakarta
Suseno, Tusiran. (2006). Mari Berpantun.Yayasan Panggung Melayu. Jakarta
Venus, A. (2015). Filsafat Komunikasi Orang Melayu. Simbiosa Rekatama Media.
Yunos, Alias. (1966). Pantun Melayu Sastra Ra’yat. Federal Berhad. Singapura
Yunus, Hasan. (2002). Karena Emas di Bunga Lautan. UNRI Press. Pekanbaru
Zed, M. (2004). Metode penelitian kepustakaan. Yayasan Obor Indonesia.
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
Citation Check
License
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-ShareAlike 4.0 International License.